Model Pembelajaran oleh Briggs
A. Konsep Model Perencanaan Pembelajaran Briggs
Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan,pemilihan media, dan evaluasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah model perencanaan intruksional Briggs.
Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang instruksional.
B. Diagram Alur dan Langkah Kerja Model Perencanaan Briggs
Model pembelajaran Briggs ini bersandarkan pada 3 prinsip keselarasan, yaitu
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Strategi untuk mencapainya
3. Evaluasi keberhasilannya
Dengan mengutip pendapat Briggs, berdasarkan 3 prinsip dasar pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan instruksional Briggs adalah sebagai berikut:
1. Mau ke mana? Meliputi:
2. Dengan apa?Meliputi:
3. Bilamana sampai Tujuan? Meliputi:
Penentuan Tujuan
Perincian Tujuan
Perumusan Tujuan
Analisis tujuan
Penyiapan Evaluasi Hasil Belajar
Penentuan Jenjang Belajar
Penentuan Kegiatan Belajar
Pemantauan Bersama
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif
Bagan model perencanaan Briggs
Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah model perencanaan intruksional Briggs.
Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang instruksional.
Bagan model perencanaan Briggs
Berdasarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan berikut langkah – langkah kerja model perencanaan pembelajaran Briggs adalah sebagai berikut:
Penentuan tujuan
Langkah awal ini merupakan langkah yang paling penting, karena pebelajar harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh pebelajar(siswa-siswa). Langkah ini merupakan proses penentuan tujuan, kebutuhan, dan prioritas kegiatan pembelajaran. Di sini Briggs menggunakan pendekatan bertahap 4, yaitu:
Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
Menentukan prioritas tujuan
Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru,
Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis kebutuhan ini, penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber,
dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.
Perincian tujuan atau Penyusunan garis besar kurikulum
Kebutuhan pembelajaran yang telah dituangkan ke dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujian harus dirinci, disusun, dan diorganisasikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan.
Perumusan Tujuan
Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:
Tindakan
Objek
Situasi
Alat dan batasan
kemampuan.
Analisis tujuan
Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan analisis tentang tiga hal yang berikut:
Proses informasi ; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektualdan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak) : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
Tugas belajar ; untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.
Penyiapan evaluasi hasil belajar
Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus shahih (valid), karena itu harus selaras (congruent) dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa seperti pre test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.
Menentukan jenjang belajar
Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional).
Penentuan kegiatan belajar
Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh Brigg disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi : 8a Pemilihan media yang sesuai; 9a Perencanaan kegiatan belajar-mengajar; 10a Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, dan 11a Pelaksanaan evaluasi belajar.
Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang direncanakan
Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
Evaluasi formatif
Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar (instructuion materials) yang dilakukan menurut tiga fase ; (1) uji coba satu-satu 9one to one), (2)uji coba pada kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih besar.
Evaluasi sumatif
Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur.
Kelebihan dan kekurangan model Briggs
Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan,pemilihan media, dan evaluasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah model perencanaan intruksional Briggs.
Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang instruksional.
B. Diagram Alur dan Langkah Kerja Model Perencanaan Briggs
Model pembelajaran Briggs ini bersandarkan pada 3 prinsip keselarasan, yaitu
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Strategi untuk mencapainya
3. Evaluasi keberhasilannya
Dengan mengutip pendapat Briggs, berdasarkan 3 prinsip dasar pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan instruksional Briggs adalah sebagai berikut:
1. Mau ke mana? Meliputi:
2. Dengan apa?Meliputi:
3. Bilamana sampai Tujuan? Meliputi:
Penentuan Tujuan
Perincian Tujuan
Perumusan Tujuan
Analisis tujuan
Penyiapan Evaluasi Hasil Belajar
Penentuan Jenjang Belajar
Penentuan Kegiatan Belajar
Pemantauan Bersama
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif
Bagan model perencanaan Briggs
Briggs mengatakan model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan model perencanaan intruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan intruksional. Macam-macam model perencanaan intruksional sangat banyak salah satunya adalah model perencanaan intruksional Briggs.
Model perencanaan Briggs berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain guru, administrator, ahli bidang studi, ahli media, dan perancang instruksional.
Bagan model perencanaan Briggs
Berdasarkan pendapat Briggs tersebut, secara keseluruhan berikut langkah – langkah kerja model perencanaan pembelajaran Briggs adalah sebagai berikut:
Penentuan tujuan
Langkah awal ini merupakan langkah yang paling penting, karena pebelajar harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh pebelajar(siswa-siswa). Langkah ini merupakan proses penentuan tujuan, kebutuhan, dan prioritas kegiatan pembelajaran. Di sini Briggs menggunakan pendekatan bertahap 4, yaitu:
Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
Menentukan prioritas tujuan
Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru,
Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis kebutuhan ini, penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber,
dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.
Perincian tujuan atau Penyusunan garis besar kurikulum
Kebutuhan pembelajaran yang telah dituangkan ke dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujian harus dirinci, disusun, dan diorganisasikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan.
Perumusan Tujuan
Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:
Tindakan
Objek
Situasi
Alat dan batasan
kemampuan.
Analisis tujuan
Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan analisis tentang tiga hal yang berikut:
Proses informasi ; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektualdan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak) : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan
Tugas belajar ; untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.
Penyiapan evaluasi hasil belajar
Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus shahih (valid), karena itu harus selaras (congruent) dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa seperti pre test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.
Menentukan jenjang belajar
Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional).
Penentuan kegiatan belajar
Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh Brigg disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi : 8a Pemilihan media yang sesuai; 9a Perencanaan kegiatan belajar-mengajar; 10a Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, dan 11a Pelaksanaan evaluasi belajar.
Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang direncanakan
Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
Evaluasi formatif
Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar (instructuion materials) yang dilakukan menurut tiga fase ; (1) uji coba satu-satu 9one to one), (2)uji coba pada kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih besar.
Evaluasi sumatif
Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur.
Kelebihan dan kekurangan model Briggs
Kelebihan
model Briggs antara lain:
a.
Sistematis,
teratur, dan lengkap dalam pelaksanaan. Model ini merupakan model yang paling lengkap yang
melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis
dari awal sampai akhir.
b.
Model ini
sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya
terbatas pada lingkungan program-program akademis saja.. Model perencanaan Briggs bersifat
dinamis dalam pelaksanaannya karena tidak hanya terbatas pada lingkungan
program-program akademis.
c.
Evaluasi yang dilaksanakan lebih
cermat. Dalam tahap pemantauan bersama, tim perancang kegiatan instruksional
(guru atau dosen) dan juga tim pengembangan instruksional melihat tentang
kesesuaian antara hasil dan proses yang telah dipergunakan sebagaimana yang
diprogramkan.
d.
Terdapat dua
tim perancang kegiatan instruksional. Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah atau tahapan-tahapan model
perencanaan Briggs dilakukan oleh setidaknya dua tim pemantau, yakni: tim
perancang kegiatan instruksional dan tim pengembangan instruksional.
e.
Identifikasi
kebutuhan menggunakan pendekatan bertahap. Langkah-langkah yang telah
ditetapkan dalam model perencanaan Briggs
harus dilakukan secara sistematis dan berurutan karena langkah-langkah
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.
Kekurangan
model Briggs antara lain::
a. Kegiatan penyusunan desain
pembelajaran yang memakan waktu yang lama, tim kerja yang besar, serta anggaran
yang banyak.
b. Tim kerja yang banyak, tidak ada
penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di dalamnya.
c. Tidak semua lembaga atau organisasi
pendidikan maupun menyelenggarakan penerapan untuk merancang kurikulum.
Kesimpulan
Model Briggs:
a.
Identifikasi
kebutuhan/penentuan tujuan
b.
Penyusunan
garis besar kurikulum
c.
Perumusan
tujuan
d.
Analisis
tugas atau tujuan
e.
Penyiapan
evaluasi hasil belajar
f.
Menentukan
jenjang belajar
g.
Penentuan
kegiatan belajar
h.
Pemantauan
bersama
i.
Evaluasi
formatif
j.
Evaluasi
sumatif