Peran Mahasiswa untuk Pendidikan Indonesia
Peran
Mahasiswa untuk Pendidikan Indonesia
Secara fitrah, masa muda merupakan
jenjang kahidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani,
perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda atau mahasiswa memiliki potensi
yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi
terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda mahasiswa, dan pemikiran kritis
mereka sangat didambakan masyarakat. Mereka juga motor penggerak kemajuan
ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu
peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung
pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini. Pendidikan merupakan aspek paling
penting pada sebuah peradaban bangsa. Dengan memiliki pendidikan yang
berkualitas dan berkarakter, sebuah bangsa dapat mengoptimalkan pembangunannya.
Kelaparan, pengangguran, kemiskinan, tidakan kriminal, KKN, dan masalah –
masalah sosial lainnya dapat teratasi. Terbentuknya sebuah bangsa yang
bermartabat berawal dari pendidikan yang bermartabat pula.
Akan tetapi, kondisi pendidikan bangsa Indonesia sangat jauh dari yang dimimpikan. Bangsa yang konon pada jaman Mojopahit pernah menguasai Asia Tenggara ini telah dibodohkan penjajah Belanda selama 3,5 abad. Keterpurukan di bidang pendidikan itu belum juga tertuntaskan hingga saat ini. Ukuran keberhasilan pendidikan di setiap Negara adalah khususnya Indonesia ialah sejauh mana pendidikan nasional merupakan usaha yang relevan di tinjau dari amanah konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana pendidikan mendatangkan kesejahteraan bagi bangsa ini. Sejauh mana pendidikan berhasil membangun sebuah bangsa yang bermartabat, kokoh dan maju. Selama itu semua belum tercapai, pendidikan nasional tidak bermakna apa-apa dan tidak patut di banggakan meski dengan mencatut manajemen pendidikan berbasis sekolah dari Negara lain, tidak akan pernah sesuai dan sesubur benih aslinya karena yang dicontoh hanya bentuk lahirnya saja, tidak melalui penciptaan iklim dan ekologi yang kondusif. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, diantaranya angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).
Akan tetapi, kondisi pendidikan bangsa Indonesia sangat jauh dari yang dimimpikan. Bangsa yang konon pada jaman Mojopahit pernah menguasai Asia Tenggara ini telah dibodohkan penjajah Belanda selama 3,5 abad. Keterpurukan di bidang pendidikan itu belum juga tertuntaskan hingga saat ini. Ukuran keberhasilan pendidikan di setiap Negara adalah khususnya Indonesia ialah sejauh mana pendidikan nasional merupakan usaha yang relevan di tinjau dari amanah konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana pendidikan mendatangkan kesejahteraan bagi bangsa ini. Sejauh mana pendidikan berhasil membangun sebuah bangsa yang bermartabat, kokoh dan maju. Selama itu semua belum tercapai, pendidikan nasional tidak bermakna apa-apa dan tidak patut di banggakan meski dengan mencatut manajemen pendidikan berbasis sekolah dari Negara lain, tidak akan pernah sesuai dan sesubur benih aslinya karena yang dicontoh hanya bentuk lahirnya saja, tidak melalui penciptaan iklim dan ekologi yang kondusif. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, diantaranya angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).
Pemerintah hendaklah memberikan
space bagi mahasiswa dengan menghargai setiap pendapat yang diutarakan
mahasiswa demi kemajuan bangsa ini. Bukan malah menjadikan kegiatan akademik
sebagai ancaman bagi mahasiswa yang frontal dan kritis dalam menyoroti kualitas
system pendidikan dinegara ini. Seperti halnya melakukan intimidasi, teror
sampai DO/skorsing terhadap siswa ataupun guru yang bersikap kritis. Ini
menunjukkan bahwa dunia pendidikan kita semakin berwatak arogan.
Mahasiswa sebagai generasi
intelektual hanya bisa dihargai eksistensinya dengan kualitas intelektualnya
pula, bukan dengan yang lainnya. Kalau mahasiswa sudah tidak lagi bisa
mengandalkan kecemerlangan intelektualnya kemampuan apa lagi yang bisa
dipertaruhkan mahasiswa bagi negara ini. Mahasiswa sebagai generasi intelektual
hanya bisa dihargai eksistensinya dengan kualitas intelektualnya pula, bukan
dengan hal lainnya. Jika mahasiswa sudah tidak lagi bisa mengandalkan
kecemerlangan intelektualnya, maka kemampuan lain apa yang bisa dipertaruhkan
mahasiswa bagi negara ini.
Nama : Haykal Tamagyan Pasha
NIM :
1101617053
Prodi :
Teknologi Pendidikan
Bio : Saya
Haykal dari Bekasi umur 18 tahun hobi saya ngayap dan main sama teman2 saya,
saya suka internet.